Perawatan Medis untuk Cedera Otak yang di Amerika Serikat – Cedera pada bagian kepala tidak bisa dianggap remeh. Cedera tidak saja menyebabkan situasi yang tidak terlihat saja. Pada cedera yang cukup serius, ini tidak sekedar berupa cedera eksternal tapi bisa memicu cedera otak traumatis (COT) atau biasa juga disebut sebagai Traumatic Brain Injury (TBI). Ketika cedera sudah sampai dialami oleh otak, ini tentu tidak lagi sekedar hal yang bisa dianggap remeh. Cedera ini bisa sangat serius dan terkadang tidak teridentifikasi dengan baik sehingga pengobatan dan perawatan yang memadai menjadi terlambat dan situasinya sudah sangat parah. Karena itulah, tindakan kekerasan memang sebaiknya tidak diarahkan ke area kepala dan bahkan hal yang sekedar bercanda pun tidak boleh dilakukan di area kepala karena luka eksternal tidak saja menjadi akibatnya, tapi bisa memicu cedera internal seperti COT tersebut.
Hal ini sudah tidak lagi menjadi hal baru dan kasusnya justru sangat tinggi di banyak negara. Salah satu negara dengan angka cedera otak traumatis atau traumatic brain injury yang sangat tinggi ada di Amerika Serikat. Setiap tahunnya, dilaporkan bahwa angka korban yang mengalami COT ini sangat tinggi dan reratanya mencapai 1,5 juta setiap tahunnya. Angka ini tentu sangat tinggi dan tentu bisa diketahui karena korban pun segera mendapatkan tindakan dan diagnosis secara medis. Kalau tidak demikian, dampaknya akan sangat besar. Apalagi, jumlah korban tertinggi yang ada di Amerika Serikat ada di kalangan anak-anak hingga remaja. Penyebabnya pun beragam. Ini terjadi karena tindak kekerasan, perundungan, hingga cedera saat berolahraga. Dampak yang terlaporkan di Amerika Serikat pun sangat beragam, dan sebagian korban berakhir dengan kematian hingga cacat jangka panjang dan cacat permanen. Karena kasus yang tinggi ini, Amerika Serikat memang menaruh perhatian baik itu untuk edukasi, pencegahan, hingga perawatan yang memadai agar kejadian bisa dikurangi dan korban bisa mendapatkan tindakan medis hingga pendampingan di masa pemulihan yang memadai.
Cedera otak traumatis ini bisa dikategorikan dalam tiga tingkatan Berdasarkan Glasgow Come Scale atau Skala Koma Glasgow (GCS), tingkatannya dibagi dalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tiap kategori memiliki gelaja tersendiri dan pengobatan serta perawatan yang berbeda-beda. Untuk penyebabnya, COT ini pun sangat beragam. Seperti yang sudah disebutkan, ini bisa berupa pukulan, kecelakaan, cedera olahraga, hingga terjatuh. Namun, ada kondisi yang parah dan ekstrem yang dinamakan luka dengan cedera tembus. Ini tidak terjadi karena efek benturan benda tumpul tapi benda tajam yang membuat ada objek yang menembus dan melukai otak. Itu bisa berupa objek dari luar atau justru pecahan dari tengkorak yang masuk ke otak. Ini biasanya disebabkan oleh benda tajam. Bisa pula tembakan peluru menjadi penyebabnya. Kejadian ekstrem seperti ledakan hingga bencana alam pun menjadi penyebab nyata dan tercatat sampai saat ini.
Untuk gejalanya, ini akan ditentukan oleh tingkatan COT itu. Untuk cedera ringan, biasanya itu tidak sampai menyebabkan pingsan dan hilangnya kesadaran. Kalaupun itu terjadi, durasinya tidak akan panjang. Gejala yang umum muncul adalah rasa pusing, kebingungan, hingga sulitnya fokus dalam durasi yang cukup singkat. Namun dalam COT tingkat sedang dan tinggi, gejala yang sudah disebutkan itu pun bisa muncul dengan skala yang lebih parah. Ada pula orang yang sampai mengalami muntah terus menerus. Lalu, kondisi yang serius menyebabkan gejala seperti bicara yang cadel hingga sulitnya berbicara hingga mati rasa pada bagian tubuh tertentu hingga pingsan dalam durasi lama dan bisa berlanjut ke koma.
Cedera otak ini memang disebut traumatis karena sel otak memang mengalami trauma karena cedera dan benturan yang ada. itu bisa berupa trauma jangka pendek dan singkat, tapi bisa berupa jangka panjang hingga permanen. Ketika gejala yang ada itu dialami dan bahkan tidak pulih dalam waktu beberapa jam, ada baiknya bila langsung saja menemui dokter. Ini pun sebaiknya tidak sekedar dokter umum bila gejalanya ada di tingkat sedang dan tinggi sehingga diagnosis segera dilakukan. Dokter akan segera menanyakan kejadian dan kronologi yang ada sebagai pertimbangan dalam menilai skala cedera yang ada. Lalu, ini biasanya akan dilanjutkan juga dengan pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan neurologis dengan tetap menggunakan penilaian dari GCS. Bila itu masih belum memberikan diagnosis yang tepat, itu akan berlanjut ke CT scan hingga MRI dan pemeriksaan tambahan lainnya.
Pada situasi COT yang terbilang ringan, biasanya pasien akan cukup diminta untuk beristirahat secara total dalam kurun waktu beberapa hari. Ini untuk memberikan waktu agar otak mengalami pemulihan dari cedera traumatis yang terjadi. Ini pun biasanya ditambahi dengan obat pereda nyeri. Kegiatan memang dinonaktifkan secara total agar otak tidak harus bekerja keras dalam kondisi pemulihan dari cedera yang ada. Untuk COT di skala sedang hingga berat, dokter akan menyarankan rawat inap. Bahkan bila muncul tanda-tanda seperti darah beku atau adanya cedera serius dari hasil diagnosis dan tes pencitraan dengan CT Scan dan MRI, operasi akan dilakukan sesegera mungkin untuk memperbaiki patah tulang yang terjadi hingga mengurangi tekanan yang terjadi di otak. Pemulihan akan dibantu dengan obat seperti anti-kecemasan, antikoagulan untuk mencegah pembekuan darah, hingga obat untuk mencegah kejang. Saat kondisi membaik pun, terapi rehabilitasi akan diperlukan, terutama untuk memberikan perawatan bila terjadi masalah koordinasi fisik hingga kognitif dan emosi. Terapi akan disesuaikan dengan kondisi cedera dan efek lanjutan dari COT itu.